Kamis, 18 Oktober 2012
BEGINILAH MINERAL
A. Alterasi dan Mineralisasi Daerah Sangkaropi
Mineral alterasi merupakan mineral yang mengalami ubahan baik dalam bentuk fisik maupun komposisi kimia dan kemudian membentuk mineral baru akibat factor factor tertentu. Berdasarkan data-data dan adanya indikasi yang diperoleh dilapangan dan perbedaan mineral yang terbentuk yang diakibatkan oleh pengaruh meningkatnya pH,yang kemudian di hubungkan dengan beberpa teori yang telah ada maka pada daerah penelitian ini dapat dibagi atas beberapa kelompok mineral alterasi yaitu:
1. Kelompok Kaolin
Mineral mineral yang dijumpai dilapangan yang kemudian digolongkan sebagai mineral pada kelompok Kaolin adalah mineral Kaolin. Mineral kaolin ini pada daerah penelitian dijumpai di stasiun 4 yang berada disepanjang jalan yang terletak disebelah Utara Barat laut pada peta yaitu disekitar daerah Todo,dan Berdasarkan pada interpretasi model topografi pada peta maka dapat diperkirakan bahwa mineral ini menyebar relatif pada arah Barat Daya tenggara. Kaolin sebagai kelompok mineral Illit, merupakan hasil alterasi atau ubahan karena faktor kimia yang terbentuk pada kondisi pH yang lebih tinggi (pH = 4), serta faktor temperatur yang mengakibatkan, mineral-mineral yang kaya akan unsur silika berupa unsur magnesium dan potasium mengalami pelapukan dan hancuran membentuk mineral kaolin bersama dengan itu alunit-andalusit-korundum berada dalam pH antara 3 – 4. hallosit umumnya terbentuk akibat pengayaan atau supergen walaupun kadang terbentuk dari larutan hidrotermal. Mineral kaolin terbentuk pada temperatur yang rendah (150 – 2500C) pada kedalaman yang kecil (dangkal).
2. Kelompok Illit
Selanjutnya mineral mineral yang dijumpai dilapangan yang dijumpai sebagai mineral hasil alterasi dari mineral yang telah ada sebelumnya yang kemudian diklasifikasikan sebagai kelompok mineral Illit adalah mineral serisit, yang dijumpai pada stasiun delapan 8. Kelompok mineral ini terbentuk pada kondisi pH antara 4 – 6 sedangkan pada pH transisi (4 - 5) berasosiasi dengan kaolin,kelompok mineral ini terbentuk pada temperatur > 200 – 2500 C. Mineral serisit yang dijuumpai dilapangan nampak relatif berwarna merah dengan bentuk pipih melembar. Mineral serisit merupakan hasil ubahan dari mineral feldspar baik dari mineral plagioklas maupun ortoklas yang menyusun batuan yang bereaksi dengan unsur hidrogen ,pada proses ubahan feldspar tidak hanya menghasilkan serisit tetapi menhasilkan juga kuarsa sebagai mineral asosiasi. Mineral serisit maupun kuarsa ini terbentuk dari hasil ubahan mineral feldspar yang berubah menjadi serisit serta kuarsa. Mineral serisit yang dijumpai didaerah penelitian ini berbatasan dengan lapisan mineral klorit dan berdasarkan pada interpretasi peta topografi yang mana bahwa penyebaran mineral ini relatif mengikuti arah kemiringan topografi yaitu menyebar dari Barat Laut ke Tenggara.
3. Kelompok Calc Silika
Adapun mineral yang dijumpai dilapangan sebagai kelompok mineral calc silika adalah mineral Zeolith . Zeolith ini dapat dijumpai pada stasiun 4 dengan ciri fisik warna hijau yang berasosiasi dengan kaolin.. Zeolith merupakan mineral hasil alterasi karena batuan asal yang kaya akan unsur feldspar atau silika di intrusi oleh batuan beku lain sebagaimana dijumpai pada daerah penelitian nampak adanya intrusi dasit porphyri selain terjadi interaksi dengan lingkungan sekitarnya dan reaksi dengan unsur tertentu Kelompok mineral ini terbentuk pada kondisi pH yang netral hingga basa. Zeolit terbentuk pada temperatur yang lebih rendah daripada mineral yang termasuk sebagai mineral calc silika. Mineral “hydrous zeolite” (natrolit, karbasit,mordenit, stibnite, heulandit) terbentuk pada kondisi yang dingin sedangkan mineral “hydrated zeolite” (laumonit, wairakit). dijumpai pada kedalaman yang besar dan pada kondisi yang panas pada sistem hidrotermal
4. Kelompok Silika
Mineral yang termasuk sebagai kelompok mineral silika adalah mineral yang kaya akan unsur Si. Adapun mineral yang dijumpai dilapangan sebagai kelompok silika adalah mineral Kuarsa .Kuarsa dapat dijumpai pada stasiun 1 merupakan mineral hasil mineralisasi pada bentuik bentuk vein kuarsa ini terbentuk karena adanya magma yang bersifat volatil yang berupa unsur gas dan uap kemuidan bergerak menuju permukaan bumi kemudian mengisi batuan samoing yang telah ada kemudioan membeku membentuk mineral kuarsa. Dijumpai pula adanya mineral Tras yaitu pada stasiun 7 yang merupakan mineral yang berupa alterasi nonhidrotermal, pada awalnya mineral ini berasal dari batuan hasil vulkanik yang kaya akan mineral mineral feldpsar,kemudian mengalami replacement atau lebih tepatnya mengalami pencucian kemudian mengalami pengayaan berupa unsur silika . Tras pada daerah penelitian dapat dijumpai menyebar pada arah relatif utara selatan mengikutii model topografi pada daerah tersebut. Selain kelompok mineral mineral tersebut yang dijumpai sebagai hasil alterasi dijumpai pula mineral mineral lain ,yaitu antara lain berupa Azurit dan Malacite dengan ciri fisik berwarna hijau yang dapat dijumpai pada stasiun tiga dan dua . Mineral-mineral ini merupakan salah satu mineral yang mengalami proses alterasi dari batuan yang mengandung unsur Cu ,yang mana ketika terjadi proses pelepasan unsurunsur Cu nya kemudian bereaksi dan berikatan dengan unsur unsur yang ada di udara membentuk mineral baru.
B. Zona Mineralisasi Daerah Sangkaropi
Mineral-mineral yang dijumpai sebagai hasil mineralisasi larutan magma yang bereaksi larutan hidrotermal. Mineralisasi merupakan proses pembentukan mineral mineral baru. Salah satu ganesa mineral mineral yang terbentuk sebagai hasil mineralisasi pada daerah penelitian merupakan salah satu jenis endapan mineral Hidrotermal Submarine yang terbentuk Karena pengaruh gaya extension tektonik yang terbentuk pada back arc basin hal ini di indikasikan oleh batuan asalnya yang bersifat intermediate to felsic rocks ,adanya mineral mineral yang kaya akan unsur Cu serta Zn yang menunjukkan bahwa terdapat black and white smokey, serta di stasiun 1 nampak adanya proses replacment dimana mineral mineral mengalami proses oksidasi membentuk hematit,dan pada daerah penelitian tepatnya di stasiun 2 nampak dijumpai adanya stocworcks yaitu rekahan rekahan yang terisi oleh mineral mineral berupa mineral feldspar. Pada daerah penelitian ini unsur sulfur yang relatif berwarna kuning cukup banyak dijumpai di beberapa stasiun daerah penelitian yang mana untuk ciri endapan yang demikian sering di sebut sebagai tipe endapan oko yang mirip kuroko. Pada daerah penelitian Mineral mineral yang dijumpai sebagai hasil mineralisasi yang kemudian di bandingkan serta dihubungkan dengan klasifikasi menurut M Bateman terdiri atas :
1. Pirit, pirit dengan rumus FeS2 , pada daerah penelitian dijumpai dalam bentuk endapan mineral secara dissaminated yaitu bentuk mineralisasi yang menyebar.Mineral pirit ini dijumpai di beberapa stasiun pengamatan yaitu di stasiun 1,2 dan 5. Proses pembentukan pirit ini berasal dari pembekuan magma yang mengalami pengaruh hidrotermal ataupun berasal dari rekasi mineral mineral tertentu seperti feldpar dengan piroksin serta adanya pengaruh larutan hidrotermal
2. Kalkopirit, mineral ini merupakan salah satu jenis mineral sulfida yang terbentuk dari persenyawaan unsur Cu ,Fe dan S yang terjadi karena proses hidrotermal,yang mana magma yang berupa unsur volatil berupa gas dan uap yang mengandung unsur S , Fe, dan Cu tersebut bereaksi dengan unsur yang berasal dari lareutan hidrotermal.
3. Galena, mineral ini terbentuk dari proses pengenadapan magma .Dimana magma yang bersifat pijar pada stadium early magmatis kemudian karena gaya berat sehingga unsur yang cukup berat akan terakumulasii kebawah kemudian terkristalisasi membentuk galena dalam bentuk endapan segregation.
4. Hematit, Mineral hematit merupakan salah satu jenis mineral yang banyak mengandung unsur oksidasi besi,yang terbentuk dari proses oksidasi. Adapun proses pembentukannya adalah batuan asalnya yang berupa batuan beku basa dan banyak mengandung unsur Fe atau besi bercampur dan bereaksi dengan unsur unsur yang dapat menyebabkan terjadinya proses oksidasi dan electrolisis seperti oleh unsur Cl dan O pada kondisi tropis-subtropis .Endapan endapan yang seperti ini dapat dijumpai sebagai endapan marin disebabkan oleh karena didaerah tersebut unsur yang menyebabkan electrolisis seperti NaCl sangat melimpah.
5. Kuarsa, Mineral kuarsa dengan komposisi kimia SiO2. yang dapat dijumpai pada stasiun tiga. Merupakan hasil pembekuan magma yang bersifat volatil,dimana magma ini bergerak naik kepermukaan dari endapan ini merupakan proses hidrotermal khususnya pada kondisi epitermal dimana suhu pembentukannya sangat rendah yaitu dibawah 500C ,Proses pembentukan endapan terjadi karena magma sisa yang berasal dari sisa diferensiasi magma pada beberapa tahap sebelumnya yang dalam kondisi atau bentuk volatil berupa gas gas dan fluida bergerak keatas menuju ke permukaan mencari rekahan dan pori pori yang ada pada suatu batuan khususnya batuan samping kemudian mengisi pori tersebut kemudian membeku membentuk kuarsa.
6. Sphalerit, Mineral ini mempunyai ciri berwarna hitam,merupakan salah satu jenis mineral hasil mineralisasi yang terbentuk karena reaksi batuan samping dengan batuan beku atau karena naiknya magma yang bersifat folatril kemudian bereaksi lingkungan sekitar.
7. Magnetit, Magnetit pada daerah penelitian dapat dijumpai pada stasiun 1 yang mana keberadaan mineral ini merupakan hasil mineralisasi dari magma yang bersifat folatil kemudian mengisi rekahan antar batuan yang klemudian berinteraksi denganunsur unsur diupermukaan termasuk didalamnya pengaruh hidrotermal.
PEMBENTUKAN BAUKSIT
PROSES PEMBENTUKAN DAN GENESA BAUKSIT
Genesa bijih bauksit, alumina dpat bersumber dari batuan primer (magmatic dan hidrotermal) maupun dari batuan sekunder (pelapukan dan metamorphosis). Namun, secara luas yang berada dipermukaan bumi ini berasal dari batuan sekunder hasil proses pelapukan dan pelindian. Genesa dari bauksit sendiri dapt terbentuk dari 4 proses yaitu : magamatik, Hidrotermal, metamorfosa, dan pelapukan (lebih jelas silahkan download DISINI).
KLASIFIKASI BAUKSIT
Berdasarkan genesanya, bijih bauksit terbagi atas 5 yaitu, bauksit pada batuan klastik kasar, bauksit pada terrarosa, bauksit pada batuan karbonat, bauksit pada batuan sedimen klastik dan bauksit pada batuan fosfat. Sedangkan berdasarkan letak depositnya bauksit terbadi atas 4 yaitu deposit bauksit residual, deposit bauksit koluvial, deposit bauksit alluvial pada perlapisan dan deposit bauksit alluvial pada konglomerat kasar.
SYARAT TERBENTUKNYA BAUKSIT
1. Iklim humid tropis dan subtropics
2. Batuan sumber mengandung alumina tinggi
3. Reagent yang sesuai pH dan Eh, sehingga mampu merubah silikat
4. Infiltrasi air meteoric prmukaan secara lambat
5 kondisi bawah permukaan (larutan bawah permukaan) yang mampu melarutkan unsure batuan yang dilaluinya
6. Sublitas tektinik yang berlangsung lama
7. Preservation
METODE EKSPLORASI BAUKSIT
Tahapan eksplorasi bauksit meliputi pengukuran dan pemetaan, pembuata sumur uji, pengambilan conto laterit bauksit, perhitungan cadangan, ketebalan tanah penutup (OB) swell factor dan factor konkresi.
METODE PENAMBANGAN
Tambang bauksit berupa surface mining. Endapan bauksit di setiap lokasi mempunyai kadar yang berbeda-beda, sehingga penambangannya dilakukan secara selektif dan pencampuran (blending) merupakan salah satu cara untuk memenuhi persyaratan ekspor.
SISTEM PENAMBANGAN
Metode dan urutan penambangan bijih bauksit secara umum adalah :
1. Pembersihan local (land clearing) dari tumbuh – tumbuhan yang terdapat diatas endapan bijih bauksit.
2. Pengupasan lapisan penutup (stripping OB) yang umumnya memiliki ketebalan 0.2 meter. Untuk pengupasan lapisan digunkan bulldozer.
3. Penggalian (digging) endapan bauksit dengan excavator dan pemuatan bijih digunakan dump truck.
BAUKSIT
Bauksit (Al2O3.2H2O) bersistem octahedral terdiri dari 35 – 65 % Al2O3 , 2 – 10 % SiO2, 2 - 20 % Fe2O3, 1 - 3 % TiO2 dan 10 - 30 % air. Sebagai bijih alumina, bauksit mengandung sedikitnya 35 % Al2O3, 5 % SiO2, 6 % Fe2O3, dan 3 % TiO2. Sebagai mineral industri % silica kurang penting, tetapi besi dan titanium oksida tidak lebih dari 3 %. Sebagai abrasive diperlukan silika dan besi oksida lebih dari 6 %. Merupak suatu campuran bahan-bahan yang kaya akan hidrat oksida aluminium, dan bahan-bahan tersebut dapt diambil logam aluminium secara ekinomis. Istiah abuksit di kaitkan dengan laterit. Laterit adalah suatui bahan yang berupa konkresi berwarna kemeraahan, bersifat porous, menutupi hamper sebagian besar daerah tropis dan subtropics, merupakan lapisan yang kaya akan aluminium dan besi. Jika kadar aluminiumnya lebih besar dibandingkan dengan kadar besi, sehingga warnanya menjadi agak muda, kekuning-kuningan sampai keputih-putihan, maka latrit semacam ini dinamakan aluminious laterit atau laterit bauksit.
Bauksit terbentuk dari batuan yang mempunyai kadar aluminium tinggi, kadar Fe rendah dan sedikit kadar kuarsa bebas. Mineral silikat yang terubah akibat pelapukan, mengakibatkan unsure silika terlepas dari ikatan Kristal dan sebagian unsure besi juga terlepas. Pada proses ini terjadi penambahan air, sedangkan alumina, bersam dengan titanium den ferric oksida (dan mungkin manganis oksida) menjadi terkonsentrasi sebagai endapan residu aluminium. Batuan yang memenuhi persyaratan itu antara lain nepelin syenit, dan sejenisnya dan berasal dari batuan beku, batuan lempung/serpih. Batuan itu akan mengalami proses lateritisasi (proses pertukaran suhu secara terus menerus sehingga batuan mengalami pelapukan). Secara komersial baukist terjadi dalam 3 bentuk:
1.Pissolitic atau Oolitik disebut pua ‘kernel’ yang berukuran diameter dari sentimeter sebagai amorfous tryhidrate
2. Sponge Ore (Arkansas), porous, merupakan sisa dari batuan asal dan komposisi utama gigsite
3. Amorphous atau bijih lempung
Langganan:
Postingan (Atom)